ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME
I. PENDAHULUAN
Esensialisme adalah pendidikan yang penuh fleksibilitras, antara lain terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, maka esensialisme berpandangan bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan dan arahan yang jelas.
Pada masalah ini berisikan tentang ciri-ciri utama dari aliran esensialisme yang akan membedakan antara aliran yang satu dengan yang lain. Dan begitu juga pandangan esensialisme baik mengenai pendidikan, realita, pengetahuan, nilai dan kurikulum yang mempunyai pandangan khusus menurut aliran esensialisme.
II. ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME
1. Ciri-Ciri Utama
Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan progresibisme, kalau progresivisme menganggap pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang, esensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat. Dalam pendidikan, fleksibilitas dalam segala bentuk, dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.
Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Berulang dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh waktu.
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad kebelakangan ini, dengan perhitungan zaman rensaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialitas awal. Puncak refleksi dari pandangan ini adalah pada pertengahan kedua abad sembilan belas.
Idealisme dan realisme adalah aliran-aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini bersifat elektrik. Artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu, berarti tidak melepaskan sifat utama masing-masing.
2. Antesedens dan Pandangan Mengenai Pendidikan
Renaisans adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep piker yang disebut esensialisme. Karena timbul sejak zaman itu, maka esensialisme adalah konsep yang meletakkan sebagian dari ciri alam piker modern.
Sebagaimana sebab musabab timbulnya renaisans, esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatisme abad pertengahan. Maka disusunlah konsepsi yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman modern.
Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandang-pandangannya bersifat spiritual.
Esensialisme ini didasari pandangan humanisme yang menentang sikap hidup yang mengarah pada keduniaan, serba alamiah dan materialistik. Selain itu esensialisme diwarnai oleh pandangan-pandangan idealisme dan realisme.tokoh-tokoh yang sangat berperan dalam penyebaran aliran ini antara lain :
a. Johann Amos Comenius (1592 – 1670), seorang realis dan dogmatis, berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai kehendak Tuhan, karena pada hakekatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
b. Johann Friedercih Frobel (1782 – 1852), sebagai tokoh yang pandangannya kosmis sistesis, berkeyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian alam ini, sehingga harus tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.
Terhadap pendidian, frobel memandang anak sebagai makhluk yang berekpresi kreatif yang dalam tingkah lakunya nampak adanya kualitas metafisi, karena itu tugas pendidikan adalah memimpin anak didik ke arah kesadaran diri sendiri yang murni selaras dengan fitrah kejadiannya.
c. Johann Driederich Herbet (1776 – 1841), beliau adalah murid Immanuel Kant berpendapat tujaun pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijakan dan yang mutlak, dalam arti menyesuaikan dengan hukum-hukum kesusilaan.
d. William T Harist (1835 – 1909), berpendapat bahwa pendidikan seharusnya mengizinkan terbukanya realita dalam susunan yang pasti berdasarkan kesatuan spiritual.
3. Pandangan Mengenai Realita
Sifat yang menonjol dari otology esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut.
Uraian mengenai penjabarannya menurut realisme dan idealisme
- Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme obyektif karena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tempat manusia di dalamnya.
Teori evolusi dari Drwin yang berlandaskan atas asas perkembangan menjelaskan bahwa makhluk hidup dapat diterangkan dari prikehidupannya atas dasar kompas atau hukum alam ini.
Sehubungan dengan teori evolusi itu, diperkirakan adanya pengaruh terhadap pandangan tokoh-tokoh tertentu. Misalnya, pada Herbert Spencer evolusi mengiwai konsep-konsep yang diterangkan dalam bukunya System Of Synthetic Philosophy.
Pengaruh dari fisika dan evolusi dapat disimpulkan bahwa realita menurut realisme obyektif, harus ditafsirkan atas pengertian yang mekanistis evolusionistis.
Pandangan ini berarti pula perupakan pandangan dari esensialisme.1
- Idealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimal dibandingkan dengan ralisme obyektif. Maksudnya pandangannya menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu, berlandaskan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakekatnya adalah jiwa dan spirit, idealisme menetapkan bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata.
4. Pandangan Mengenai Pengetahuan
Pada kacamata realisme masalah pengetahuan ini, manusia adalah sasaran panadangan dengan penelaahan bahwa manusia peru dipandang sebagai makhluk yang padanya berlaku hukum yang mekanistis evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai pengetahuan ini bersendikan bahwa manusia adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos, realisme ini berpandangan dari tiga aliran psikolgi yaitu :
a. Asosianisme, yang berasal dari beberapa filosuf Inggris, mengutarakan bahwa gagasan atau isi jiwa itu berbentuk dari asosiasi unsur-unsur yang berupa kesan-kesan yang berasal dari pengamatan.
b. Berhaviorisme mengatakan bahwa usaha untuk memahami hidup mental seseorang berarti harus memahami organisme, dan pemahaman organisme ini berarti menginjak lapangan neurologis, maka masalah ini tidak dapat dipisahkan dari lapangan pengalaman.
c. Koneksionisme, mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya, selalu membentuk tata jawaban (pot tens of responses) dengan jalan memperkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan respon.
5. Pandangan Mengenai Nilai
Niali, seperti halnya pengetahuan berakal pada dan diperoleh dari sumber-sumber obyektif, sedangkan sifat-sifat bergantung dari pandangan yang timbul dari realisme dan idealisme.
Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptuil terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bila dihayati oleh subyek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subyek tersebut.
Ada 2 pandangan dari realisme dan idealisme, yaitu :
a. Nilai mempunyai pembawaan atas dasar komposisi yang ada.
b. Sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualtas baik dan buruk.
George Santayana mengambil sintesa dari dua hal tersebut mengatakan nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu.
6. Pandangan Mengenai Belajar
Pandangan realisme mengenai belajar tercermin antara lain pada pandangan ahli-ahli psikologi, dintaranya seperti pandangan dari Edward L, Thorndike pendukung aliran koneksionisme. Koneksionisme mendekati studi mengenai manusia dengan penurang sampai pada sifat-sifat mekanistis kuantitatif, berarti bahwa belajar ini tidak lain adalah mengadakan penyesuaian dengan yang ada.
Pandangan-pandangan realisme di atas mencerminkan adanya dua jenis determinisme yaitu determinisme mutlak dan terbatas.
- Determinisme mutlak, bahwa belajar adalah mengenal yang tidak dapat dihalang-halang adanya jadi harus ada yang bersama-sama memebntuk dunia ini.
- Determinisme terbatas memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar, bahwa mekanisme pengenalan terhadap hal-hal yang kuasatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawasan diperlukan.
7. Pandangan Mengenai Kurikulum
Pandangan-pandangan tokoh mengenai kurikulum
a. Herman Harrell Horne dalam bukunya This New Education mengatakan hendaknya kurikulum bersendikan atas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang tunggal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal, berhubung dengan itu kurikulum hendaklah berisikan ilmu pengetahuan, kesenian dan segala yang dapat menggerakkan kehendak manusia.2
b. Bagulusky dalam bukunya The Ideal School mengutarakan kurikulum dapat diumpakan sebuah rumah yang mempunyai 4 bagian :
- Universum, pengetahuan yang merupakan latar belakang dari segala manifestasi hidup manusia.
- Sivilisasi, karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup manusai
- Kebudayaan
- Kepribadian, bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal.3
1 Sebagai bahan perbandingan, uraian mengenai pengaruh ilmu pengetahuan terhadap perkembangan peradaban.
Drs. Sartono Kartodirjo, revolusi Ilmu Pengetahuan dan Ahli-Ahli Sejarah, Djakarta, 1960, hal. 75 - 76
2 J. Donald Butler, Four Philosophies and Practice in Education and Religion, New York, Harper and Brother, 1951, hal. 241 - 242
3 Butler, op.cit., hal. 242 - 244