Minggu, Mei 11, 2008

Azas Didaktik

Azas-azas Didaktik

1. Azas Motivasi

Untuk memperoleh hasil pengajaran yang sebaik-baiknya dalam proses mengajar guru harus selalu berusaha membangkitkan minat para murid sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat kepada bahan pelajaran yang sedang diajarkan.

Guru menyadari bahwa tidak setiap bahan pelajaran menarik perhatian murid sebagaimana juga tidak setiap murid menaruh perhatian terhadap bahan pelajaran yang sama.

Ditinjau dari segi didaktik, jika minat murid dapat dibangkitkan untuk kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatkan kepada bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, maka keadaan kelas menjadi tenang sebab murid tidak mempunyai kesempatan melakukan hal-hal yang melanggar ketertiban kelas.

Dipandang dari sudut psychologis, perhatian adalah suatu gejala kejiwaan yang erat hubungannya dengan dorongan minat dan tingkah laku seseorang. Ilmu jiwa anak mengajarkan, hanya hal-hal yang menarik perhatianlah yang ia amati secara sungguh-sungguh sehingga timbul reaksi-reaksi organis yang dapat memungkinkan terjadinya pengalaman secara tajam dan jelas terhadap objek itu.

Selanjutnya dipandang dari sudut pendidikan, pemusatan perhatian sangat penting artinya bagi pembentukan watak, sebab anak-anak yang sudah terlatih dan menjadi terbiasa memusatkan perhatian tidak semata-mata pada hal yang digemari melainkan juga terhadap objek yang tidak menarik perhatiannya, berarti memaksa dirinya untuk mengerahkan kemampuan memberikan perhatian yang berarti pula memperkeras kemauannya. Kemauan yang keras besar sekali peranannya bagi kehidupan anak bilamana terjun ke tengah-tengah masyarakat.

Perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian disengaja, sedang perhatian yang timbul dari diri si anak itu sendiri disebut perhatian spontan.

Usaha-usaha untuk membangkitkan perhatian spontan ialah:

Mengajar dengan cara yang menarik sesuai dengan tingkat perkembangan anak;

Mengadakan selingan yang sehat;

Menggunakan alat-alat peraga sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan;

Mengurangi sejauh mungkin pengaruh-pengaruh yang dapat mengganggu konsentrasi anak.

Usaha-usaha untuk membangkitkan perhatian disengaja ialah:

Dengan memberikan pengertian tentang manpaat bahan pelajaran yang diajarkan bagi murid;

Berusaha menghubungkan antara apa yang sudah diketahui murid dengan apa yang akan diketahui;

Mengadakan kompetisi yang sehat dalam belajar;

Menerapkan hukuman dan hadiah yang bijaksana.

Selanjutnya untuk kedua jenis usaha tersebut di atas baik dalam membangkitkan perhatian spontan maupun perhatian disengaja, sikap guru merupakan paktor penting pula. Pada waktu mengajar guru harus memperlihatkan perhatiannya yang sungguh-sungguh terhadap bahan pelajaran yang sedang diajarkan. Guru yang bersikap acuh tak acuh akan menimbulkan sikap yang sama terhadap murid.

Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Ada tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling dan rangsangan karena adanya tujuan.

Motivasi sebagai motor penggerak segala aktivitas, sehingga jika motornya tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi. Jika motornya lemah, aktivitas yang terjadi pun akan lemah pula.

Motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanpaat bagi dirinya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar ini ada yang timbul dari dalam diri siswa sendiri (motivasi intrinsik). Motivasi intrinsik disebut juga motivasi murni, karena muncul dari diri siswa sendiri. Oleh karena itu guru sedapat mungkin harus berusaha untuk memunculkan motivasi intrinsik di kalangan siswa pada saat mereka belajar, umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Sedangkan untuk memunculkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberi pujian, hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, memberi nasihat, atau upaya-upaya lain yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar.

Motivasi selalu berkait dengan soal kebutuhan.ada beberapa jenis kebutuhan misalnya : kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Sehubungan dengan itu, timbullah beberapa motivasi yang berpangkal pada kebutuhan, yaitu:

a. kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, lebutuhan untuk istirahat dan sebagainya;

b. kebutuhan akan keamanan yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan;

c. kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok);

d. kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

Disamping itu ada teori-teori lain yang perlu diketahui:

a. Teori insting

Menurut teori ini setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan.dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh teori ini adalah Mc. Dougall.

b. Teori fisiologis

Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”.menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk kepantingan fisik.

c. Teori psikoanalitik

Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.

Fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang akan dikerjakan.

Motivasi dapat diklasifikasikan: dilihat dari dasar pembentukannya yakni motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari, menurut pembagian wood wort dan marquis terdiri dari: motivasi karena kebutuhan organis, motivasi darurat dan motivasi objektif, ada juga motivasi jasmaniah dan rohaniah. Disamping itu ada motivsi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar itu terdiri antara lain: memberi angka, hadiah, ego-involveent, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat.

2. Azas Aktifitas

Pada waktu mengajar guru harus memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk mengambil bagian yang aktif baik rohani maupun jasmani terhadap pengajaran yang diberikan, secara perorangan maupun kelompok.

Yang dimaksud keaktipan jasmani ialah berbagai kegiatan yang dilakukan murid seperti kesibukan melakukan penelitian, percobaan, membuat konstruksi model, bercocok tanam dan sebagainya.

Sedangkan keaktifan rohani ialah bekerjanya unsur-unsur kejiwaan murid dalam pengajaran yang tampak jelas pada ketekunan mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, mengingat, berfikir untuk memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan. Terdorong oleh perasaan dan kemauan yang kuat unsure-unsur kejiwaan itu akan berfungsi dengan baik untuk mendapatkan hasil pelajarna sebanyak mungkin.

Menurut Piaget (psycholog kelahiran Swiss), seseorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan anak tak berfikir, agar anak berfiir sendiri, harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.

Pestalozzi mengatakan bahwa tugas pendidik adalah membantu anak dalam perkembangannya sendiri.

Frobel berkata, pada anak terdapat golongan alamiah untuk mencipta. Kecuali itu anak juga suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama bagi Frobel ialah bekerja sendiri. Semboyannya berfikir dan berbuat mesra hubungannya.

Helen Parkhurst mengatakan, ruang kelas harus diubah menjadi laboratorium pendidikan dimana anak-anak bekerja sendiri.

Dewey mengemukakan teori bahwa sekolah dismping sebagai tempat belajar harus dijadikan pula sebagai tempat bekerja.

Kershensteiner berhasil menciptakan sekolah kerja ia berpendapat bahwa untuk membentuk warga Negara yang susila, setiap anak harus mempelajari suatu pekerjaan sebagai sumbangannya kepada kepentingan masyarakat.

John Dewey (Paedagog kelahiran Amerika) mengatakan bahwa aktifitas seseorang penting sekali untuk memperoleh pengalaman.

Tanpa aktifitas belajar, pengajaran tidak akan memberi hasil yang baik.

Usaha-usaha guru untuk membangkitkan keaktifan jasmani murid, antara lain:

Dengan menyelenggarakan baerbagai bentuk pekerjaan yang bersifat keterampilan pembengkelan, pertukangan, pertanian, perikanan, kerajinan, penelitian di laboratorium dan sebagainya.

Mengadakan pekan olahraga dan seni, pameran, karya wisata dan sebagainya.

Usaha-usaha guru untuk membangkitkan keaktifan rohani murid antara lain:

Membimbing serta mendorong anak-anak dalam berdiskusi.

Memberi tugas kepada anak-anak untuk memecahkan sesuatu masalah.

Mengadakan berbagai penelitian dan percobaan, menganalisa data, membuat kesimpulan, menyusun laporan dan sebagainya.

3.

Tidak ada komentar: